(Written by : MR. Chandrasya / VERDAMNT)
Saat mentari berhanti bersinar
Saat bumi tak lagi berputar
Saat rembulan mulai padam
Saat ombak tak lagi bergerak
Saat air tak lagi mengalir
Saat hutan tak lagi perawan
Saat nyawa tak lagi berharga
Saat raga tak lagi bernyawa
Saat tangis tak lagi air mata
Saat darah tak lagi merah
Saat jujur tak lagi mujur
Saat harta tlah menjadi dewa
Saat ilalang kaca tinggi menjulang
Saat aku bernyanyi
Dan tak ada yang peduli
Saat aku bernyanyi
Dan tak ada yang mengerti
Dimana para manusia lupa
Lupa diri dan lupa pencipta
Dimana para manusia gila
Gila harta dan nikmat dunia
Stop......Semua tlah terhenti
Stop......Tak bisa menyesali
Stop......Tak bisa bertobat lagi
Dan tak ada pintu maaf lagi
________________________________________________________________________________________________
.::Hanya Korban::.
(Written by : MR. Chandrasya / VERDAMNT)
Diam diam kuterdiam
Lihat suasana mencekam
Terhenyak tersentak
Makin memuncak lalu meledak
Memendam rasa emosi
Luapkan kesegala sisi
Cari-cari lari tuk sembunyi
Cari-cari saksi bikin alibi
Cari-cari bukti tuk lindungi diri
Diam-diam menjadi korban
Diam-diam menjadi kambing hitam
Diam-diam mencoba balas dendam
Hukum tlah terbeli
Hukum tlah ternodai
Kemana keadilan harus dicari
Tak ada saksi
Tak ada bukti
Tak ada yang peduli
Tak ada yang mengerti
Diam-diam menjadi korban
Diam-diam menjadi kambing hitam
Diam-diam mencoba balas dendam
(Written by : WishNoize)
Terhantam gelombang bagaikan karang
Terhempas angin bagai daun kering
Kau bertahan...Kau tetap bertahan
Keras duniamu, deras dan terus menderu
Tak membuatmu berlalu, walau kau s'lalu diburu
Mencoba bertahan, mencoba melawan, mencoba singkirkan kelam
Yang hilang...yang menghilang...dimana kau kini...
Yang disingkirkan...yang dimatikan...dimana kau kini...
Yang bersaksi...yang masih peduli...tetaplah bernyanyi...
Yang berjanji...yang terus berjanji...tetaplah peduli...
Masih berharap, terus berharap, dan selalu berharap semua kembali
.::Penuh Kemunafikan Semata::.
Saat surya tenggelam kau bangkit bergegas
Berharap teraniaya tuk jadikan simpati dunia
Saat semua terlelap kaupun mulai meraih bias
Berharap tak terlihat tak teraba dan tak terduga
Dan ternyata yang terjadi kau juga seperti yang telah ada
Bahkan kau lebih gila dibalik namaNya kau memburu tahta
Penuh Kemunafikan Semata...
Kaulah pujangga...yang menjadi aib dunia...
Penuh Kemunafikan Semata...
Kaulah pendusta...dibalik jubah cahaya...
Hinanya kau merasa adil sejahtera tapi ternyata agresor jua
Liciknya kau mengadu domba hancurkan sesama
Semua itu demi (tetap...!!!) demi tahta untukmu sendiri
Ini kan jadi bukti betapa topeng kesucian jadi senjata
Memang ternyata yang terjadi kau juga seperti yang telah ada
Memang kau lebih gila dibalik namaNya kau memburu tahta
Penuh Kemunafikan Semata...
Kaulah pujangga...yang menjadi aib dunia...
Penuh Kemunafikan Semata...
Kaulah pendusta...dibalik jubah cahaya...
Memang ternyata yang terjadi kau juga seperti yang telah ada
Memang kau lebih gila dibalik namaNya kau memburu tahta
Penuh Kemunafikan Semata...
Kaulah pujangga...yang menjadi aib dunia...
Penuh Kemunafikan Semata...
Kaulah pendusta...dibalik jubah cahaya...
.::Karena Memang::.
Masih saja sulit memiliki niat baik karena selalu saja terusik oleh bisik-bisik yang menggelitik
Belum lagi kasak-kusuk sejumput menghampar bagai rumput kau ingin tetap merumput atau mati tertusuk
Mengapa semua harus jadi begini selalu saja begini kapankah ini semua berhenti
Karena memang inilah permainan siapa yang paling menyeramkan dialah pemenang
Mengapa semua harus jadi begini selalu saja begini kapankah ini semua berhenti
Karena memang yaa... harus begini memang warisan keadaan yang tak pernah berkurang
Terngiang kabar menggembirakan tentang rencana pembinasaan oleh calon pahlawan yang rela berkorban
Namun ini hanyalah siklus yang selalu saja berhembus dan tak akan pernah menghapus jentik virus (virus...???)
Yaa... memang sudah mendarah daging walaupun sempat tergiring tapi tetap tak akan pernah mengering
Ini sudah jadi budaya (wah bahaya...!!!) karena semua telah terbiasa dan mereka terus memupuki dosa
Mengapa semua harus jadi begini selalu saja begini kapankah ini semua berhenti
Karena memang inilah permainan siapa yang paling menyeramkan dialah pemenang
Mengapa semua harus jadi begini selalu saja begini kapankah ini semua berhenti
Karena memang yaa harus begini memang warisan keadaan yang tak pernah berkurang
Mengapa semua harus jadi begini selalu saja begini kapankah ini semua berhenti
Karena memang inilah permainan siapa yang paling menyeramkan dialah pemenang
Mengapa semua harus jadi begini selalu saja begini kapankah ini semua berhenti
Karena memang yaa harus begini memang warisan keadaan yang tak pernah berkurang
________________________________________________________________________________________________
.::Design Klasik::.
Terdiam aku dalam suasana meriahnya euforia
Terjebak aku diantara arena tebar pesona
Ooo...inikah dunia kita...
Ooo...terpaku pada kharisma...
Design klasik ini membuat kita sangat tertarik
Penuh dengan perangkap berbalut pernak pernik
Ooo...hanya mampu berisik...
Ooo...masih tak mampu mengusik...
Jadilah pemalu tanpa harus jadi benalu
Namun jangan menjadi rancu menjadi pemulas gincu
Jadilah pelopor tanpa harus jadi provokator
Namun jangan jadi pengekor apalagi pemain kotor
Ooo...inikah dunia kita...
Ooo...terpaku pada kharisma...
Ooo...hanya mampu berisik...
Ooo...masih tak mampu mengusik...
Design klasik ini membuat kita sangat tertarik
Penuh dengan perangkap berbalut pernak pernik
Design klasik yang istimewa membuat kita tergoda
Penuh dengan bisa menyebarkan aroma surga
________________________________________________________________________________________________
.::Martowardongo::.
Aku lihat aku rasa aku tersiksa
Aku bosan aku enggan aku terkorban
Jadi saksinya dan menjadi dosa jadi terluka karena ulahnya
Jadi alasan dan jadi hiasan menjadi korban tuk menyenangkan
Dan kau tak malu jadi benalu tak pernah malu
Biarlah nanti semua terbukti semua tercaci akupun bersaksi
Tak akan berlalu walau telah lalu semua melihatmu takkan berlalu
Martowardongo...semua tau namamu, tau apa katamu dan kaupun tau
Walau kau disana...tak terputus asa untuk berbicara membuka stigma
Martowardongo...yang tak pernah malu walau semua tau siapa dirimu
Kini kau gelisah...yaa menjadi gelisah saat semua resah menjadi doa
Takkan merubah semua saat kau mulai mencicil dosa karena semua tau semua akal bulusmu mengubur luka membiru
Walau kau merasa semua kan baik saja lihatlah lihat nanti semua kan terhenti ditempat yang tak pernah termimpi
Dan kini semua tak seperti semula walau kau tetap disana namun semua ini pasti kan terhenti dan kau kan mati
Bagimu yang tak terluka nikmatilah semua segala janji surga nanti kau akan tau yaa kau kan tau bahwa semua semu
Martowardongo...semua tau namamu, tau apa katamu dan kaupun tau
Walau kau disana...tak terputus asa untuk berbicara membuka stigma
Martowardongo...yang tak pernah malu walau semua tau siapa dirimu
Kini kau gelisah...yaa menjadi gelisah saat semua resah menjadi doa
Martowardongo...semua tau namamu, tau apa katamu dan kaupun tau
Walau kau disana...tak terputus asa untuk berbicara membuka stigma
Martowardongo...yang tak pernah malu walau semua tau siapa dirimu
Kini kau gelisah...yaa menjadi gelisah saat semua resah menjadi doa
________________________________________________________________________________________________
.::Menunggu Kau Datang::.
Masih saja seperti dulu, penuh misteri dan tersembunyi
Seperti tak ada sesuatu, tetap terjaga dengan rapi
Apakah memang terlindungi, Kami tak tau
Tak ada yang pernah pasti, Apakah kami mesti terus menunggu
Bosan...kami bosan...Slalu saja jadi korban, Tak pernah ada kepastian
Terus sibuk mencari-cari, sadarkah kau bagian dari cerita ini
Muak...kami muak...Tercium tapi tak terlihat, Terlibat tapi tak terjerat
Masih saja seperti dulu, terus sibuk mencari-cari
Kami mesti terus menunggu, kami benci berharap tak pasti
________________________________________________________________________________________________
.::Cermin Berkacalah::.
panas membakar kota hitam jakarta
kota metropolitan dengan segala gemerlapnya
kota yang dihuni berjuta manusia
berjuta sifat dan tingkah ada disana
dari lugu malu hingga kepura-puraan(munafik)
kota dengan manusia berhati setan
asap dan polusi sudah menjadi teman
rasa aman dan nyaman kini makin buram
tak ada lagi cerita bersahabat
tak ada lagi canda nan hangat
sudah tak ada
memang tak ada
takkan pernah ada
coba lihat
coba dengar
para dewan menindas,
merampas sampai menipu
dengan segala bujuk rayu
demi kenikmatan semu
tak tau malu
tikam dari belakang
tak peduli rakyat mengerang
terus saja kau hujam pedang(mati terpanggang)
dan kamilah yang jadi korban
dan rakyatlah yang jadi korban
kemana hati nurani
sudah tak ada (hati nurani)
memang tak ada (hati nurani)
takkan pernah ada (hati nurani)
hilangnya harga diri
matinya hati nurani
dan kini
aku hanya bisa bernyanyi
berkarya seni untuk negeri
aku hanya bisa mengkritik
menyindir para manusia munafik
aku hanya bisa merenung
menahan emosi yang tak terbendung
dan aku hanya bisa...bisa....bisa...bisa...
mengubur dalam-dalam semua cerita dan biarkan jadi misteri
________________________________________________________________________________________________
.::Semu::.
Sendiri....
Semilir angin iringi
Canda bintang-bintang temani
Malam kian larut
Aku smakin terhanyut
Coba tuk renungi diri
Sadari akan semua dosa ini
Sungguh aku menyesal
Aku tersesat oleh gemerlap dunia
Bergelimang dosa
Berat terasa
Oh Tuhan Aku mohon ampunanMu
Oh Tuhan Aku mohon petunjukMu
Bangunkan aku dari mimpi panjangku
Sadarkan aku dari sgala nikmat semu
Oh Tuhan Aku mohon AmpunanMu
Oh Tuhan Aku mohon PetunjukMu
Oh Tuhan Aku mohon terangi jalanku
________________________________________________________________________________________________
.::Ada Aku Disini::.
Bercerita tentang
Perjalanan panjang
Lelah keluhnya
Bosan katanya
Hari-hari penuh luka
Hari-hari penuh derita
Smua menghimpit
Smua melilit
Tak mengerti
Tak peduli
Bingung harus apa lagi
Maju salah mundur salah
Diam tertinggal langkah
Berhenti
Terlindas mati
Kawan kau tak sendiri
Kawan kau tak akan merasa sepi
Masih ada aku disini
Masih ada aku temani
Tetap sabar
Tetap tegar
Ingat roda berputar
Kau harus tetap berdiri
Kau harus tetap hadapi
Tuk wujudkan mimpi
Kawan kau tak sendiri
Kawan kau tak akan merasa sepi
Masih ada aku disini
Masih ada aku temani
________________________________________________________________________________________________
.::Mencari Arti::.
Lelah ....
Rasa itu datang lagi
Saat semua diam
Tak mengerti
Bosan....
Tuk lalui hari-hari
Datar terasa
Lambat kurasa
Sedih...
Ingat masa yang kulalui
Tapi aku harus tetap berdiri
Tuk mencari sebuah arti
Benci....
Berfikir kapan cerita akan berakhir
Jalani dengan hati getir
Resah...
Rasa bersalah
Kini menghantui tiap langkah
Membuatku gundah
Tak kumengerti .....Arti
Tak kupahami ......Arti
Semuannya tlah terjadi
________________________________________________________________________________________________
.::Pesta Pantai::.
Pagi ini mentari tersenyum lagi
Saat kulihat ombak meliuk menari
Kuingin nikmati hari-hari
Dan tak perlu bersedih lagi
Pasir putih menambah indah suasana
Bersama teman kita berpesta
Lupakan sejenak semua problema
Hilangkan beban yang ada dikepala
Hari ini kita berpesta
Bernyanyi menari riang gembira
Nikmati indahnya pantai bersama
Angin bertiup semilir terasa
Nyiur melambai tinggi disana
Awan biru indah bentuknya
Membuat bidadari tersenyum manja
Hari terasa cepat berjalan
Kini mentari mulai tenggelam
Diganti manisnya sang rembulan
Menunggu datangnya bidadari malam
Aku bahagia
Aku gembira
Bersama teman kita berpesta
Bersama kawan kita gembira
________________________________________________________________________________________________
.::A Tribute to PAS::.
Kalian terlahir sebagai pemberontak
Janganlah pernah lelah untuk berteriak
Kami ada disini setia menemani
Janganlah pernah takut untuk mengarungi
Kalian berdiri sebagai sebagai Sang Pemberani
Berjanjilah untuk tetap berani
Kami ada disini setia menemani
Janganlah pernah takut untuk mengarungi
Tetaplah peduli agar kami terus bernyanyi
Berikan kami alasan tuk teriak “We Want PAS...!”
Tetaplah peduli agar kami terus menari
Berikan kami alasan tuk teriak “We Want PAS...!”
Hanya kalian yang mengerti kami
Karena tak ada lagi yang peduli
Tetaplah menjadi diri sendiri
Karena tak ada lagi yang peduli
Berikan kami alasan tuk teriak “We Want PAS...!”
Tetaplah peduli agar kami terus menari
Berikan kami alasan tuk teriak “We Want PAS...!”
.::A Tribute to Earth::.
Embun pagi masih basahi bumi
Kala mentari masih bersembunyi
Kicau burung setia menemani
sejuk udara takkan terganti
Selamat pagi wahai bumiku...
Maafkan kami yang s'lalu menyakiti...
Tolong jangan tunjukkan amarahmu...
Berikan kami waktu untuk mengerti...
Kau masih saja manjakan kami
S'lalu memberi indahnya pagi
Sementara tubuhmu terus terkotori
oleh mereka yang tak mengerti
Maafkan kami wahai kau bumi...
Masih tak sadari hancurnya dirimu...
Tolong jangan tunjukkan amarahmu kini...
Tak berdaya kami menghadapi murkamu...
Kita terlelap didalam dosa...
Sejenak terjaga kala bencana...
Sadarkah kita akan amarahnya...
Makin menggila kita menghancurkannya...
Maafkan kami wahai kau bumi...
Masih tak sadari hancurnya dirimu...
Tolong jangan tunjukkan amarahmu kini...
Tak berdaya kami menghadapi murkamu...
________________________________________________________________________________________________
.::Menangislah Bumiku::.
Matahari enggan bersinar
Dinegeri yang tak lagi berbinar
Bulanpun tersenyum sinis
Ditengah tanah yang mengikis
Bintangpun malu bernyanyi
Melihat bumi bersedih hati
Alamku tlah murka
Memandang tingkah manusia
Muntahkan semua amarah
Ulah manusia serakah
Alampun menangis gelisah
Bumi berguncang merekah
Hutan hijaupun terancam musnah
Alamku tlah murka
Memandang tingkah manusia
Alamku tlah marah
Muntahkan semua amarah
Alam berduka
Alam yang murka
Dimana hutan hijauku
Dimana embun pagiku
Dimana lagi dimana???
Sayup redup kicauan burung
Smakin samar dan hambar
Berganti dengan deru mesin
Dan embun pagipun mengering
________________________________________________________________________________________________
.::Lentera Hitam::.
(Written by : MR. Chandrasya / VERDAMNT)
Cepat merambat air mengalir
Menerjang semua yang menghalang
Memacu segala arah menderu
Deras melesat bagai peluru
Bergemuruh melebur dan luluh
Bencana tak henti menghampiri
Duka melanda negeri
Bencana tak henti menghiasi
Tangis mendera hari ke hari
Ulah manusia yang lupa diri
Bagai mimpi ditengah hari
Menyesali yang telah terjadi
Hanya lentera hitam yang menemani
Terkunci dalam ruang kosong dan sunyi
________________________________________________________________________________________________
0 komentar:
Post a Comment